TIMETODAY.ID – Jumat (9/8/2024) Jalan Ir. H. Djuanda, Kota Bogor, Jawa Barat menjadi saksi bisu sebuah aksi kelompok yang menamakan dirinya Aliansi Mahasiswa Garis Tiga.
Waktu menunjukkan pukul 16.30 WIB, ketika ratusan mahasiswa mulai memadati jalanan. Mereka hadir dengan satu tujuan menyampaikan aspirasi dan protes terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak pada masyarakat, terutama kalangan mahasiswa dan kaum muda.
Tuntutan mereka dipimpin oleh seorang pemuda yang penuh semangat, Muhammad Raffi, yang hari itu bertindak sebagai koordinator lapangan.
Di balik megafon yang digenggamnya, suara Raffi terdengar lantang, menggema di antara teriakan massa yang mendukungnya.
“Kami di sini untuk menuntut keadilan!” pekiknya, memancing gemuruh semangat di antara barisan mahasiswa yang berdiri tegap di hadapannya.
Namun, aksi damai yang mereka niatkan tak semulus yang diharapkan. Sejak awal, barisan massa ini sudah dihadang oleh pengamanan ketat dari aparat gabungan TNI dan Polri.
Dengan barikade kawat berduri yang berlapis, petugas berupaya menjaga agar aksi tetap terkendali. Di balik wajah-wajah tegas para aparat, tersirat tugas berat yang mereka emban, menjaga keamanan tanpa harus mengorbankan hak untuk bersuara.
Perlahan, suasana mulai memanas. Di balik teriakan tuntutan yang semakin keras, ada ketegangan yang mengendap-endap di udara.
Massa mulai bergerak maju, mendekati barikade kawat berduri, seakan ingin menembus penghalang yang menghalangi mereka. Situasi yang awalnya damai berubah tegang ketika para demonstran memutuskan untuk membakar ban sebagai simbol perlawanan.
Asap hitam pekat menjulang ke angkasa, bercampur dengan teriakan dan raungan klakson kendaraan yang terjebak di sekitar lokasi.
Di balik asap itu, beberapa bagian kawat berduri mulai rusak, memicu respons cepat dari aparat keamanan. Mereka bergerak cepat, menahan laju massa agar situasi tak berujung pada kerusuhan yang lebih besar.
Ketegangan itu bukan sekadar tentang pertemuan antara mahasiswa dan aparat, melainkan juga tentang benturan antara harapan dan kenyataan.
Di tengah kobaran semangat perubahan yang diusung oleh para mahasiswa, ada perlawanan yang tak kalah kuat dari sistem yang sudah ada.
Ketegangan di depan GPIB Zebaoth Bogor hari itu mungkin hanya satu dari sekian banyak cerita yang lahir dari keinginan untuk didengar.
Namun, di balik barikade besi dan kobaran api, ada pesan yang ingin disampaikan: bahwa perubahan tak selalu datang dengan mudah, tapi semangat untuk terus berjuang tak boleh padam. ***
Follow dan Baca Artikel lainnya di Google News atau via whatsapp timetoday wa channel