TIMETODAY.ID – Hari Braille Sedunia adalah hari internasional yang dirayakan pada 4 Januari untuk memperingati kesadaran akan pentingnya braille sebagai sarana komunikasi dalam perwujudan penuh hak-hak asasi manusia bagi orang buta atau tunanetra.
Dituliskan wikipedia.org, tanggal peringatan ini dipilih oleh Majelis Umum PBB melalui pengumuman pada November 2018, dan menandai hari ulang tahun pencipta sistem penulisan ini yaitu Louis Braille. Hari Braille sedunia pertama kali diperingati pada 4 Januari 2019.
Sejarah awal Louis Braille memenukan huruf Braille adalah ketika ia tak sengaja menikam matanya sendiri dengan penusuk ayahnya saat usianya masih kecil.
Sejarah Huruf Braille
Sementara sumber lainnya menyebut, awalnya Kapten Kapten Charles Barbier, seorang bekas perwira Napoleon divisi persenjataan berat, terinspirasi menciptakan huruf-huruf yang ditujukan kepada orang buta.
Mula-mula Barbier menciptakan huruf braille dengan sandi yang berbentuk sejumlah titik dan garis. Dengan konsep seperti itu, pesan yang dituliskan melalui huruf-huruf braille dapat dibaca dengan meraba rangkaian dari garis dan titik yang disusun.
Namun Louis Braille melihat bahwa huruf-huruf braille bermanfaat juga untuk tunanetra. Kemudian Louis Braille melakukan uji coba kepada para tunanetra dengan garis dan titik timbul yang dicetuskan Barbier.
Uji coba tersebut akhirnya menguak fakta bahwa para tunanetra lebih peka dalam menggunakan jari-jari tangan ketika menyusuri titik ketimbang garis-garis. Peristiwa itulah yang kini menyebabkan huruf-huruf Braille hanya menggunakan kombinasi antara titik dan ruang kosong atau spasi.
L’Institution Nationale des Jeunes Aveugles, Paris, merupakan tempat bersejarah bagi sistem tulisan Braille sebab di sanalah huruf-huruf braille untuk pertama kalinya digunakan dalam mengajar siswa-siswa tunanetra.
Namun perjalanan huruf braille tidaklah semulus yang dipikirkan, di Prancis terjadi kontroversi atas penggunaan huruf braille. Peristiwa itu menyebabkan Dr. Pigner dipecat sebagai kepala lembaga tempat Louis mengajar.
Kontroversi mengenai kegunaan huruf braille di Prancis sempat muncul hingga berujung pada pemecatan Dr. Pignier sebagai kepala lembaga dan larangan penggunaan tulisan Braille di tempat Louis mengajar.
Selain itu, Asisten Direktur L’Institution Nationale des Jeunes Aveugles juga menentang huruf braille bagi kaum tunanetra. Dalam pelaksanaan penentangan itu, dilakukan usaha-usaha dalam memberangus salinan dan buku yang ditulis menggunakan huruf braille.
Hingga pada 1847 huruf braille kembali digunakan dan empat tahun setelah itu huruf braille diajukan kepada pemerintah Prancis untuk mendapatkan legalitas. Pergerakan itu akhirnya membuahkan hasil dalam perkembangan huruf braille
Huruf braille pada akhir abad 19 secara universal dinamai tulisan braille. Rumah Louis Braille yang berada di Coupvray, 40 km sebelah timur Paris, sebagai pencetus huruf-huruf brialle akhirnya dijadikan museum oleh Dewan Dunia untuk Kesejahteraan Tunanetra (The World Council for the Welfare of the Blind) pada 1956.
Jenis-jenis Huruf Braille yang Dikenal Dunia
Hingga kini, huruf braille telah berkembang pesat. Setidaknya terdapat tiga jenis huruf braille yang sudah dikenal secara global.
Braille ASCII
Pada mulanya, Braille ASCII digunakan di Amerika Utara. Braille ASCII memiliki 64 karakter ASCII untuk mewakili semua kemungkinan kombinasi titik dari enam dot-Braille.
Meskipun Braille ASCII pada dasarnya lebih mirip dengan kode matematik Nemeth Braille, tetapi Braille ASCII dirancang menjadi sarana penyimpanan dan pengiriman data secara digital.
Braille Jepang
Di Jepang, huruf braille dikenal sebagai tenji yang secara bahasa berarti dot karakter. Braille Jepang adalah vokal yang berbasis abiguda.
Dalam penulisannya, huruf vokal ditulis disudut kiri atas sedangkan konsonan ditulis dipojok kanan bawah.
Terdapat 4 titik untuk penanda, yaitu titik vokal dan simbol vokal yang terdapat di bawah blok. Pada huruf kana, penulisannya dengan menambahkan diakritik yang disebut dakuten seperti dalam gi ぎ. Demikian pula dengan p yang berasal dari huruf h yang ditambahi lingkaran kecil, handakuten. Duakana bergabung menjadi satu suku kata tunggal dengan tulisan kedua yang lebih kecil seperti dalam きゃkya, ini disebut Yoon.
Namun dalam penggunaan tanda baca, Braille Jepang pada umumnya menggunakan tanda baca braille yang asli.
Braille Korea
Tahun 1894 Dr. Rosetta Sherwood Hall mengembangkan huruf braille menggunakan 4 titik, tetapi di tahun 1926 Park Du-Seong mengubah bentuk menjadi 6 titik.
Keunikan Braille Korea terletak pada sistem grafis lainnya di dunia karena khusus mencerminkan pola huruf hangeul. Hal tersebut menyebabkan konsonan awal, vokal, dan konsonan akhir terjadinya kombinasi.
Namun untuk karakter angka dan tanda baca, Braille Korea masih memiliki sistem yang sama dengan Braille yang asli.