Krisis Air Bersih, Warga Maros Manfaatkan Air Sawah untuk Mandi

Krisis Air Bersih
Warga mengambil air dari persawahan untuk kebutuhan rumah tangga, termasuk mandi di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. (Beritasatu.com/Irfandi)

TIMETODAY.ID – Warga di tiga kecamatan pesisir Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, mengalami krisis air bersih akibat musim kemarau. Kesulitan memperoleh pasokan air bersih memaksa mereka menggunakan air sawah untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk mandi.

Kecamatan yang terdampak krisis air bersih meliputi Bontoa, Lau, dan Maros Baru. Di Desa Suli-suli, Kecamatan Bontoa, krisis air bersih telah berlangsung selama dua bulan. Warga terpaksa menggunakan air sawah untuk kebutuhan sehari-hari.

Melansir beritasatu.com, Sabtu (3/7/2024) seorang warga, Darmi, menceritakan bahwa ia membawa delapan jeriken berkapasitas lima liter setiap pagi dan sore. Ada empat titik sumber air yang digunakan warga, yang airnya berasal dari sawah. Banyak sumur tadah hujan mulai mengering akibat kemarau.

Advertisement
Baca Juga :  KPU Kota Bogor Terima Surat Suara Pemilu 2024 untuk DPR RI dan DPRD Provinsi

“Setiap pagi dan sore kami mengambil air di sini. Air ini berasal dari sawah warga yang tertampung. Kami sudah mengalami krisis air sejak Mei,” katanya.

Bagi warga, air sawah digunakan untuk mandi dan mencuci, sedangkan untuk minum, mereka menggunakan air galon. “Untuk mandi dan mencuci, kami menggunakan air sawah. Kulit terasa gatal setelah mandi, tetapi apa boleh buat?” tuturnya.

Warga terpaksa menggunakan air sawah yang keruh dan juga ditempati bebek hingga sapi. Tidak jarang mereka mengalami gatal-gatal setelah mandi karena kualitas air yang keruh dan kotor. Namun, mereka tidak memiliki pilihan lain, karena membeli air dianggap memberatkan ekonomi. Air galon yang dibeli pun hanya bisa digunakan selama paling lama empat hari.

Baca Juga :  Kemarau Panjang, Warga Citeko Puncak Rela Antre Sejak Subuh Demi Air Bersih

“Untuk minum, kami menggunakan air galon. Harganya Rp 55.000, dan hanya bisa digunakan paling lama empat hari,” jelasnya.

Setiap pagi dan sore, beberapa warga harus berjalan sekitar 5 kilometer untuk mengambil air dari persawahan yang masih memiliki sisa air. ***

Follow dan Baca Artikel lainnya di Google News atau via whatsapp timetoday wa channel

=========================================================