TIMETODAY.ID – Aplikasi pesan singkat Telegram diperkirakan akan mencapai pencapaian baru dalam waktu dekat dengan klaim dari pesaingnya, WhatsApp, yang menyatakan akan mencapai 1 miliar pengguna aktif bulanan.
Sementara WhatsApp telah mencatat lebih dari 2 miliar pengguna aktif bulanan pada akhir 2023.
Telegram, yang didirikan oleh pengusaha Rusia, Pavel Durov, memiliki kantor pusat di Dubai. Durov meninggalkan Rusia pada tahun 2014 setelah menolak tuntutan untuk memblokir suara komunitas oposisi di platform media sosial VK miliknya saat itu. Dia kemudian menjual VK dan mendirikan Telegram.
“Jumlah pengguna aktif bulanan kami akan mencapai 1 miliar tahun ini,” ungkap Durov, seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Jumat (19/4/2024).
Durov juga mengungkapkan bahwa ia telah menghadapi tekanan dari beberapa negara untuk membatasi pertukaran informasi tertentu.
Namun, ia menegaskan bahwa Telegram, yang saat ini memiliki 900 juta pengguna aktif, akan tetap menjadi platform netral yang tidak terlibat dalam konflik geopolitik. Hal ini menjadi salah satu daya tarik utama platform bagi pengguna di seluruh dunia.
Menurut laporan Financial Times pada Maret lalu, Telegram mungkin akan melantai di bursa AS setelah mencatat keuntungan.
Telegram telah menjadi salah satu platform internet populer, bersaing dengan Facebook, YouTube, WhatsApp, Instagram, TikTok, dan WeChat.
Selama invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022, Telegram menjadi salah satu sumber informasi yang tidak menyaring konten. Meskipun dianggap transparan, platform tersebut juga menyebar konten disinformasi.
Durov menjamin bahwa sistem enkripsi di Telegram akan menjaga pertukaran informasi di dalamnya tetap terlindungi dan tidak terpengaruh oleh intervensi pemerintah.
“Saya lebih memilih kebebasan daripada patuh pada perintah dari siapapun,” katanya.
Menurut Pavel, pemerintah telah menggunakan berbagai cara untuk mengeksploitasi enkripsi Telegram, termasuk upaya dari FBI untuk merekrut insinyur Telegram untuk membobol platformnya. FBI tidak memberikan tanggapan terhadap tuduhan tersebut.
Namun, dia mengatakan bahwa tantangan terbesar dalam menjaga kebebasan berbicara dan berekspresi sebenarnya datang dari rival seperti Apple dan Alphabet.
“Dua platform tersebut memiliki kemampuan untuk menyensor konten dan mengakses data pada smartphone Anda,” katanya.
Durov memilih untuk tinggal di Dubai karena dia merasa Uni Emirat Arab adalah negara netral yang ingin bermitra dengan semua pihak dan tidak berafiliasi dengan kekuatan super. Ia merasa aman menjalankan perusahaan netral di negara tersebut. ***
Follow dan Baca Artikel lainnya di Google News atau via whatsapp timetoday wa channel