Menguak Sejarah Tan Ek Djoan, Roti Legendaris yang Jadi Saksi Bisu Perkembangan Bogor

Tan Ek Djoan
Roti Tan Ek Djoan.

TIMETODAY.ID – Di tengah modernisasi dan maraknya kuliner masa kini, Roti Tan Ek Djoan Bogor tetap bertahan sebagai salah satu warisan kuliner yang legendaris.

Didirikan pada tahun 1920 oleh Tan Ek Djoan, toko roti ini telah menjadi bagian integral dari sejarah kuliner di Bogor.

Awal Mula Berdiri

Advertisement

Tan Ek Djoan, seorang imigran Tionghoa yang tiba di Indonesia pada awal abad ke-20, memulai usaha rotinya dengan modal dan tekad yang kuat.

Berbekal resep keluarga dari Tiongkok, Tan Ek Djoan mulai membuat roti dengan cara tradisional.

Pada awalnya, roti-roti ini dijual di sekitar kawasan Pecinan Bogor menggunakan gerobak dorong. Kualitas roti yang lembut dan cita rasa yang khas segera menarik perhatian warga Bogor.

Saat tim liputan timetoday.id datang, disambut oleh sepasang suami istri yang merupakan penerus roti Tan Ek Tjoan.

Lydia C Elia (68), generasi ketiga dari Tan Ek Tjoan, bersama suaminya, Hadi D Setiawan (70), melanjutkan bisnis roti yang sudah berdiri sejak tahun 1920.

Lydia mengisahkan tentang sejarah Tan Ek Tjoan yang dimulai oleh seorang pemuda keturunan Tionghoa bernama Tan Ek Tjoan dan istrinya.

Pada tahun 1920, roti sulit ditemukan di Buitenzorg (nama Bogor pada masa kolonial Belanda). Mereka belajar membuat roti dari seorang Belanda.

“Berawal dari seorang kebangsaan Belanda mengajari nenek dan kakek saya pada tahun 1920. Karena pada masa itu sangat sulit menemukan roti di Bogor. Dengan menggunakan nama Opa saya, Tan Ek Tjoan, usaha kecil toko roti rumahan ini mulai berkembang hingga sekarang dilanjutkan oleh generasi ketiga,” kata Lydia.

Saat ini, toko roti Tan Ek Tjoan berlokasi di Jalan Siliwangi, Sukasari Kota Bogor. Namun, Tan Ek Tjoan pertama kali berdiri di Suryakencana. Sebuah bangunan tiga lantai di Jalan Suryakencana menjadi saksi bisu perjalanan bisnis Tan Ek Tjoan yang sudah lintas generasi.

Tan Ek Djoan

Pada tahun 1945, roti Tan Ek Tjoan berkembang pesat. Masyarakat lokal mulai mengunjungi toko roti tersebut. Tak hanya membuat roti kadet, Tan Ek Tjoan mulai membuat roti tawar hingga roti manis. Mereka juga memproduksi selai secara handmade karena pada saat itu belum ada yang memproduksi selai di Bogor.

Baca Juga :  Kemeriahan Kirab Karnaval Budaya Dongdang Meriahkan Maulid Nabi

“Setelah berkembangnya iklan, Tan Ek Tjoan mulai promosi melalui iklan-iklan di koran, meskipun masih menggunakan bahasa Belanda saat itu. Masyarakat Indonesia pada saat itu masih awam terhadap roti. Memasuki tahun 1950-an, mereka mulai terbiasa,” ujarnya.

Memasuki tahun 1960, roti Tan Ek Tjoan mulai berkeliling menyusuri jalanan Bogor dengan menggunakan gerobak, tujuannya untuk memudahkan masyarakat untuk menjangkau roti Tan Ek Tjoan. Lydia mengaku gerobaknya tidak terlalu banyak, tetapi mereka bisa melintasi banyak tempat di Bogor karena lokasinya yang terus berpindah dari pagi hingga sore.

“Memang tidak banyak, tapi sistemnya adalah pagi keliling di wilayah tertentu dan sore ke wilayah lain. Jadi bisa menyebar,” ucap Lydia.

Cita Rasa Klasik yang Melegenda

Roti Tan Ek Djoan dikenal dengan cita rasa klasiknya yang otentik. Proses pembuatan roti ini masih mempertahankan metode tradisional, termasuk penggunaan tungku batu untuk memanggang roti.

Beberapa jenis roti yang menjadi favorit sejak dulu antara lain roti kasur, roti gambang, dan roti manis dengan isian selai srikaya. Kelembutan dan aroma khas dari roti-roti ini membuatnya tetap digemari hingga sekarang.

Usaha roti ini terus berkembang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Setiap generasi keluarga Tan Ek Djoan berkomitmen untuk mempertahankan kualitas dan cita rasa roti.

Mereka tetap setia pada resep asli dan metode tradisional yang diwariskan oleh pendiri toko ini. Meskipun begitu, mereka juga terbuka terhadap inovasi dengan menambahkan variasi baru yang sesuai dengan selera masa kini.

Toko Roti Tan Ek Djoan tidak hanya menjadi tempat membeli roti, tetapi juga menjadi saksi bisu perjalanan sejarah kota Bogor.

Tan Ek Djoan

Lokasi toko yang strategis di Jalan Suryakencana, salah satu jalan tertua di Bogor, menjadikan toko ini sebagai destinasi kuliner yang wajib dikunjungi.

Baca Juga :  7 Kuliner Kekinian yang Viral, Sensasi Baru dari Setiap Gigitan

Banyak pengunjung yang datang untuk merasakan nostalgia masa lalu melalui roti-roti klasik yang dijual di sini.

Memasuki era modern, Roti Tan Ek Djoan menghadapi berbagai tantangan, termasuk persaingan dengan toko roti modern dan perubahan selera konsumen.

Namun, dengan mempertahankan kualitas dan keaslian, toko ini berhasil tetap eksis dan bahkan semakin dikenal luas. Keberhasilan ini juga didukung oleh strategi pemasaran yang memanfaatkan media sosial untuk menjangkau generasi muda.

Saat ini, Tan Ek Tjoan memiliki banyak varian roti dan kue. Selain itu, Tan Ek Tjoan juga menjual es krim produksi sendiri.

Es krim ini merupakan inovasi baru saat toko roti Tan Ek Tjoan dipegang oleh generasi kedua sekitar tahun 1959. Lydia mulai meneruskan bisnis keluarga ini sekitar tahun 1980-an, berbekal ilmu yang diturunkan kepadanya sejak kecil.

“Dari kecil saya sudah terbiasa membantu mengurus toko roti. Jadi diajarkan juga resep turun temurun yang tidak berubah sampai hari ini. Nilai yang kami pegang adalah menjaga kualitas dan mutu roti Tan Ek Tjoan serta melayani konsumen dengan baik,” ungkap Lydia.

Bisnis ini juga akan diturunkan ke generasi penerus selanjutnya. Harganya yang masih terjangkau menjadi salah satu alasan mengapa Tan Ek Tjoan tetap digemari masyarakat.

Mulai dari Rp 10.000, pembeli bisa mencicipi roti Tan Ek Tjoan yang legendaris. Pengunjung juga bisa menikmati jajanan pasar tradisional yang ada di toko roti Tan Ek Tjoan.

Tempatnya nyaman dan bernuansa khas toko roti jadul, cocok untuk bersantai di tengah kepadatan Kota Bogor.

Bagi warga Bogor dan wisatawan, menikmati roti Tan Ek Djoan bukan hanya soal memanjakan lidah, tetapi juga merasakan sepotong sejarah yang kaya akan cerita dan kenangan.

Dengan segala keunikan dan sejarah panjangnya, Roti Tan Ek Djoan terus menjadi simbol ketahanan dan kualitas dalam dunia kuliner. (tim)

Follow dan Baca Artikel lainnya di Google News atau via whatsapp timetoday wa channel

=========================================================