TIMETODAY.ID, BANDUNG – Kisah dibalik berdirinya Masjid Raya Al-Jabbar yang berlokasi di Gedebage Kota Bandung diungkap Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.
Menurutnya, Indonesia memberi urutan masjid sesuai makom (tingkatan suasana kerohanian yang ditunjukkan oleh seorang sufi, red). Di level provinsi, kata Emil sapaan akrabnya, namanya masjid raya, untuk kota Masjid Agung. Dari hal itu, Gubernur Jawa Barat yang pada saat itu dijabat Ahmad Heryawan berdialog dengan Ridwan Kamil.
“Saya bilang, ‘Pak Aher, kita ikhtiarkan Provinsi Jawa Barat dengan penduduk muslim terbesar harus memiliki masjid raya seperti provinsi lain,” terangnya. “Disambut baik idenya, kemudian saya bilang ‘Pak Aher kalau masih berkenan, punya sedikit ilmu untuk menyumbangkam sedikit imajinasinya,” tambahnya.
Keistimewaan Konstruksi Masjid Al Jabbar
Masjid Al Jabbar memiliki kontruksi bangunan yang megah dan istimewa. Selain sebagai tempat beribadah, Masjid Al Jabbar mempunyai fungsi edukasi, wisata, dan sosial.
Manajer Produksi Proyek Pembangunan Masjid Al Jabbar Affy Primadhian menuturkan, ada banyak keistimewaan dalam masjid yang didesain langsung Gubernur Jabar Ridwan Kamil sewaktu masih jadi Wali Kota Bandung tersebut, terutama dari sisi konstruksi. Salah satunya, bangunan utama tanpa tiang tengah.
“Pembangunan Masjid Al Jabbar ini banyak hal istimewanya, terutama dari segi desain yang sudah dirancang sendiri oleh Ridwan Kamil. Suatu tantangan buat kami untuk menyelesaikan pekerjaan ini agar sesuai desain yang diharapkan,” katanya.
Menurut Affy Primadhian, ada banyak tantangan yang dihadapinya. Namun, perlahan dan pasti, satu per satu konstruksi Masjid Al Jabbar dapat terealisasi sesuai dengan harapan.
“Tantangannya banyak sekali karena desain yang diberikan Pak Ridwan Kamil ini sangat unik. Jadi bagi kami pelaksana konstruksi harus benar benar berpikir bagaimana caranya mewujudkan bentuk yang diharapkan,” katanya.
Masjid ini memiliki latar belakang matematis (Aljabar atau Al Jabbar), dan juga Jabbar, bisa dikaitkan dengan singkatan dari Jawa Barat.
Masjid yang dibangun di lahan seluas sekitar 25 hektare ini memiliki kapasitas sekitar 30.000 orang, dengan rincian 10.000 orang di area dalam (indoor) dan 20.000 orang di area plaza.
Memiliki 27 pintu
Selain itu, terdapat 27 pintu yang menyimbolkan 27 kabupaten dan kota se-Jawa Barat yang disimbolkan oleh desain batik setiap Kota dan Kabupatennya.
Di area bawah masjid, terdapat juga museum digital yang berisi materi perjalanan peradaban Islam di Indonesia, khususnya Jawa Barat.
Masjid yang juga populer dengan sebutan ‘Masjid Terapung’ ini juga dikelilingi danau retensi sebagai penyerap air yang datang dari utara menuju selatan kawasan Kota Bandung.