saung pelestarian penca pusaka
Santriawan Saung Pelestarian Penca Pusaka di Kampung Tarikolot, Desa Cimande, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor tegah melakukan latihan rutin. Minggu (3/7/2022). Foto : Fadilah/bogor-today.com

TIMETODAY.ID, BOGOR –  Saung Pelestarian Penca Pusaka Cimande terletak di Kampung Tarikolot, Desa Cimande, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Berdiri sejak tahun 2015 atau enam tahun silam memiliki visi dan misi menjaga tradisi budaya dengan membentuk karakter anak bangsa agar memiliki adab.

Di sana, ratusan santriwati dan santriawan dari usai dini hingga dewasa rutin berlatih setiap minggunya. Sebelum memulai latihan inti, para santri ini biasanya mengawalinya dengan berdoa, berhitung, gema salat, asmaulhusna, pembacaan taleq (ritual), teks pancasila dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya lalu diteruskan dengan jalan sehat untuk pemanasan agar tubuh sehat. Usai jalan sehat, setiap santri dan santiwati wajib memperagakan gerak dasar silat.

saung pelestarian penca pusaka

Advertisement

Pimpinan Saung Pelestarian Penca Pusaka Cimande, Ki Didih menyebutkan itu dilakukan guna melestarikan tradisi penca silat aliran Cimande. Selain diajarkan gerakan silat, para santri juga dibentuk karakter dan menanamkan adab. Sebab, kata Ki Didih adab lebih utama dari ilmu.

“Ingat perjalanan orang tua dahulu, waktu belum ada apa-apa bisa besar, minimal kita bisa menjaga dan melestarikan aliran penca silat Cimande,” pinta Ki Didih saat ditemui di Saung Pelestarian Penca Pusaka Cimande kepada bogor-today.com (group timetoday.id), Minggu (3/7/2022)

Menurut Ki Didih, melestarikan budaya tradisi tidak bisa dilakukan sendiri, akan tetapi harus adanya dorongan dari semua pihak, seperti pemerintah daerah (pemda) dibagian pembangunan struktrur budaya. Ada juga budaya pariwisata dikembangkan, yang sudah ada dan jelas nilai budaya bisa membentuk anak bangga beradab dan beretika.

Baca Juga :  Google Doodle Ikut Meriahkan Pemilu 2024

Di zaman sekarang, sambung Ki Didih budaya semakin tergerus oleh zaman. Ki Didih mencontohkan, budaya berbahasa yang sudah tidak ada sopan santun, kedua berbudaya berpakaian, banyak yang memakai pakaian yang tidak pantas, ketiga budaya berperilaku, sudah banyak anak-anak ketika bertemu dengan orang yang lebih tua tidak terlontar kata permisi.

“Ini yang harus kita perangi, dikembalikan ke zaman dahulu, walaupun tidak mencapai 100 persen minimal anak mengenal, tidak cukup di pesantren, di sekolah tetapi ada kearifan lokal yang harus dilibatkan,” ujarnya.

Merujuk pada visi dan misi, Saung Pelestarian Penca Pusaka Cimande sendiri mengedepankan adab dan etika dalam pembelajaran penca silat, salah satu contohnya disedikan keropak atau kotak amal untuk mendidik anak agar terbiasa bersedekah, kemudian sungkem mencuci kaki kedua orang tua agar selalu ingat.

“Didalam bait lagu kebangsaan Indonesia Raya itu ada bangunlah jiwanya. Kita membangun jiwa anak dengan taleq, lalu bait lagu membangun badannya dengan gerakan penca, kalau kita sudah bisa membangun anak dari jiwa dan badannya akan kembali ke jurus dasar Cimande tonjok bareng, kalau hidup itu harus seimbang. Negara akan tentram kalau sudah seimbang,” ucapnya.

Prestasi dan penghargaan

Saung Pelestarian Penca Pusaka Cimande baik dari Pemerintah Kabupaten Bogor maupun Provinsi Jawa Barat kerap menerima banyak penghargaan. Pada tahun 2020 sempat meraih juara pertama dalam ajang penca silat dalam kelas sesepuh tingkat Jawa Barat mewakili Kabupaten Bogor dengan melawan 23 kabupaten/kota.

Baca Juga :  Menghidupkan Kampung Ramah Lingkungan di Kabupaten Bogor, Upaya Bersama untuk Masa Depan yang Lebih Hijau

Lalu, pada tahun 2021, Ki Didih bersama Ki Darma mendapatkan undangan langsung oleh Ikatan Penca Silat Indonesia (IPSI) Jawa Barat. Keduanya, ditunjuk atau diangkat sebagai sebagai penjaga, pelestari dan penggenerasian budaya Jawa Barat.

“Lebih dari 15 tahun Kabupaten Bogor belum mendapatakan penghargaan atau medali dari Jawa Barat, alhamdulillah 2020 aki bisa mewakilkan. Kemudian, 2021 kami mendapatkan sertifikat dari Jabar sebagai penjaga, pelestari dan penggenerasian budaya Jawa Barat. Selain itu juga mendapatkan sertifikat dari Kemendikbud sebagai narasumber (narsum) penca silat aliran Cimande,” urainya.

Meski demikian, Ki Didih meminta Pemerintah Kabupaten Bogor harus dapat selektif dalam menentukan sanggar atau perguruan yang bisa memberikan kontribusi kepada pemerintah daerah, khususnya Kabupaten Bogor.

“Istilahnya, jangan sampai kita menaruh sesuatu bukan pada tempatnya, kami bukan ingin meminta atau apa tetapi tolong Kabupaten Bogor ini kabupaten yang terluas yang memiliki satu kearifan lokal yang sudah dikenal, mari kita sama sama jaga. Berikan kami dukungan dari pemerintah setempat dari inohong. Yuk kita duduk bersama jangan sampai saling ego saling mengklaim, nama sanggar boleh beda, warna boleh beda tapi tujuan kita sama menjaga budaya bangsa,” pungkasnya (Fadilah)

=========================================================