Survei Inventure 71 Persen Kelas Menengah Pilih Berbelanja di Warung Madura

Survei Inventure
71 Persen Kelas Menengah Pilih Berbelanja di Warung Madura. Foto : Ist.

TIMETODAY.ID –  Survei Inventure tahun 2024 terkait Indonesia Market Outlook 2025 mengungkapkan bahwa mayoritas kelas menengah di Indonesia cenderung berbelanja di Warung Madura.

Berdasarkan data survei, sebanyak 71 persen responden dari kalangan kelas menengah menyatakan pernah berbelanja di warung yang dikenal buka 24 jam ini, sementara 29 persen lainnya tidak pernah berbelanja di sana.

Sebagian besar responden menyebutkan alasan utama memilih Warung Madura adalah karena harga yang lebih terjangkau serta lokasi yang strategis.

Advertisement

Melansir info bank news, Managing Partner Inventure, Yuswohady, mengatakan bahwa warung ini memiliki daya tarik lebih dibandingkan toko modern dalam hal lokasi, harga, dan jam operasional.

“Jika kita bandingkan dengan toko modern, Warung Madura unggul dari sisi lokasi, harga, dan jam operasional,” ujarnya, dikutip Sabtu (26/10/2024).

Dari 71 persen responden yang berbelanja di Warung Madura, sebanyak 61 persen memilihnya karena harga yang lebih murah, sementara 52 persen lainnya menyukai tawaran barang dalam kemasan eceran yang diminati kalangan kelas menengah.

Baca Juga :  Antusiasme Milenial Terhadap Produk Pasar Modal

Produk kebutuhan dasar seperti minuman botol, sembako, hingga camilan adalah barang yang paling banyak dibeli di Warung Madura. Yuswohady menambahkan bahwa hal ini menjadi salah satu indikator penurunan daya beli kelas menengah di tengah situasi ekonomi yang menantang.

Warung Madura sendiri adalah toko kelontong yang menjual kebutuhan harian mulai dari kebutuhan dapur, jajanan, pulsa dan token listrik, hingga bensin eceran.

Nama “Warung Madura” berasal dari pemilik atau penjaga warung yang biasanya merupakan warga asal Madura, sehingga menjadi ciri khas toko ini.

Efek Deflasi dan Penurunan Kelas Menengah

Di sisi lain, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, sebelumnya menyebutkan adanya deflasi yang berkelanjutan serta penurunan kelas menengah sebanyak 9,5 juta orang dalam lima tahun terakhir.

Baca Juga :  Berapa Dana Pensiun Jokowi Jika Tak Lagi Menjabat Presiden?

Namun, ia menegaskan bahwa fenomena tersebut tidak berdampak signifikan terhadap sektor jasa keuangan.

Mahendra menyatakan bahwa angka deflasi dan penurunan kelas menengah masih dalam batas aman dan tidak berpengaruh secara langsung pada stabilitas sektor keuangan. Meski begitu, OJK dan pemerintah akan terus memantau dan mengantisipasi dampak ekonomi yang kurang baik, termasuk menjaga daya beli masyarakat.

“Dalam sektor jasa keuangan, deflasi dan penurunan jumlah kelas menengah belum memperlihatkan dampak signifikan,” ujar Mahendra dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Komisioner (RDK) pada Senin (8/7/2024).

Melalui langkah-langkah preventif ini, OJK berharap daya beli kelas menengah dapat terus dijaga dan stabilitas ekonomi Indonesia tetap terpelihara. ***

Follow dan Baca Artikel lainnya di Google News atau via whatsapp timetoday wa channel

=========================================================