Senjata Kujang

TIMETODAY.IDSenjata Kujang kembar Pusaka milik Prabu Siliwangi sangatlah menarik perhatian karena gagangnya yang diukir membentuk kepala macan. Selain menjadi pusaka andalan dari kerajaan Pajajaran hingga Kerajaan Pakungwati, senjata ini juga dikenal sebagai ikon daratan Pasundan Jawa Barat.

Melansir wikipedia.org, kujang sendiri dahulunya merupakan sebuah alat pertanian yang biasa dipakai oleh penduduk. Sebab keinginan Raja Kuda Lalean lah (raja sebelum Prabu Siliwangi) yang ingin menciptakan sebuah senjata dengan mencirikan tanah pasundan.

Secara etimologis, istilah “kujang” berasal dari kata kudihyang. Kudi merupakan kata dalam bahasa Sunda Kuno yang berarti senjata dengan kekuatan gaib dan sakti. Kata Hyang juga berasal dari bahasa Sunda Kuno yang berarti dewa/dewi. Sumber lain menyatakan bahwa Kujang berasal dari kata Ujang, yang berarti manusia.

Advertisement

Kala itu, Prabu Kuda Lalean kemudian melakukan suatu Tapa Brata di curug Sawer untuk mendapatkan petunjuk dari Sang Pencipta Alam Semesta. Alhasil didapatkanlah ilham yang kemudian Ia menyuruh seorang Empu untuk membuatkan sebuah senjata yang bercirikan kerajaannya itu dan senjata itu kemudian disebut dengan Kujang Pusaka.

Setelah kekuasaan Raja beralih pada Prabu Siliwangi, beliau Prabu Siliwangi menyempurnakan kembali Kujang Pusaka yang menjadi seperti saat ini. Yaitu pegangan kujang yang diukir membentuk kepala macan.

Ukiran kepala macan adalah sebuah bentuk penghormatan Sang Prabu terhadap Macan Putih yang telah senantiasa menjadi pendampingnya untuk membantu menghadapi serangan bangsa-bangsa yang ingin menghancurkan Kerajaan Pajajaran.

Baca Juga :  Deretan Peristiwa yang Diperingati 29 Maret 2024

Sejarah Bentuk Kujang

Nilai Kujang sebagai sebuah jimat atau azimat, pertama kali muncul dalam sejarah Kerajaan Padjadjaran Makukuhan dan Panjalu. Tepatnya pada masa pemerintahan Prabu Kudo Lalean (disebut juga Prabu Kuda Lelean di tanah Sunda dan Kerajaan Panjalu Ciamis). Prabu Kuda Lelean / Kudo lalean juga dikenal sebagai Hyang Bunisora dan Batara Guru di Jampang karena menjadi seorang petapa atau resi yang mumpuni di Jampang (Sukabumi).

Bentuk Kujang berkembang lebih jauh pada generasi mendatang. Model-model yang berbeda bermunculan. Ketika pengaruh Islam tumbuh di masyarakat, Kujang telah mengalami reka bentuk menyerupai huruf Arab “Syin”.

Ini merupakan upaya dari wilayah Pasundan, yakni Prabu Kian Santang(Dikenal juga dengan Nama Prabu Borosngora,dan Bunisora Suradipati dari kerajaan panjalu), yang berkeinginan meng-Islamkan rakyat Pasundan. Akhirnya filosofi Kujang yang bernuansa Hindu dan agama dari kultur yang lampau, direka ulang sesuai dengan filosofi ajaran Islam.

Syin sendiri adalah huruf pertama dalam sajak (kalimat) syahadat di mana setiap manusia bersaksi akan Tuhan yang Esa dan Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya. Dengan mengucap kalimat syahadat dan niat di dalam hati inilah, maka setiap manusia secara otomatis masuk Islam.

Sejak itu, Kujang secara berangsur-angsur dipergunakan para raja dan bangsawan Kerajaan itu sebagai lambang kewibawaan dan kesaktian. Suatu ketika, Prabu Kudo Lalean tengah melakukan tapa brata di suatu tempat. Tiba-tiba sang prabu mendapat ilham untuk mendesain ulang bentuk Kujang, yang selama ini dipergunakan sebagai alat pertanian.

Baca Juga :  Sejarah dan Tema Hari Air Sedunia yang Diperingati 22 Maret

Bagian Kujang

Secara umum, kujang memiliki sisi tajaman dan bagian-bagian lain seperti: papatuk/congo (ujung kujang yang menyerupai panah), eluk/silih (lekukan pada bagian punggung), tadah (lengkungan menonjol pada bagian perut) dan mata (lubang kecil yang ditutupi logam emas dan perak). Selain dari bentuknya yang unik, bahan baku kujang cenderung tipis, bersifat kering, berpori dan banyak mengandung unsur logam alam.

Bentuk dan Fungsi Kujang

Kujang memiliki beragam fungsi dan bentuk. Berdasarkan fungsi, kujang terbagi empat antara lain: Kujang Pusaka (lambang keagungan dan perlindungan), Kujang Pangarak (untuk berperang), Kujang Pakarang (sebagai alat upacara) dan Kujang Pamangkas (sebagai alat berladang).

Sedangkan berdasarkan bentuk bilah ada yang disebut Kujang Jago (menyerupai bentuk ayam jantan), Kujang Ciung (menyerupai burung ciung), Kujang Kuntul (menyerupai burung kuntul/bango), Kujang Badak (menyerupai badak), Kujang Naga (menyerupai binatang mitologi naga) dan Kujang Bangkong (menyerupai katak). Di samping itu terdapat pula tipologi bilah kujang berbentuk wayang kulit dengan tokoh wanita sebagai simbol kesuburan

Kujang dalam Lambang Daerah

Beberapa kabupaten di Jawa Barat, Provinsi Jawa Barat dan Negara Pasundan, menggunakan kujang di dalam lambang daerahnya.

=========================================================