TIMETODAY.ID, RUSIA – Presiden Rusia Vladimir Putin tidak lagi menghormati kepemimpinan Amerika dan menunjukkan kurangnya rasa hormat ini dengan berbicara tentang senjata nuklir “sepanjang waktu.”
Hal itu diungkapkan mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump . Berbicara pada rapat umum di Nebraska pada hari Minggu lalu, Trump mengklaim bahwa tidak seperti pemerintahan Joe Biden, di bawah kepemimpinannya Amerika kuat, Amerika dihormati, tidak seperti sebelumnya.
“Sekarang para pemimpin negara lain bahkan tidak membalas panggilan telepon Presiden Amerika Serikat,” katanya seperti dikutip dari Russia Today.
Trump tampaknya merujuk pada laporan Maret lalu bahwa para pemimpin Arab Saudi dan Uni Emirat Arab menolak untuk mengatur panggilan telepon dengan Biden untuk membahas melonjaknya harga minyak.
Trump mengatakan Biden tidak tahu apa yang terjadi, merujuk pada insiden baru-baru ini di mana Biden yang berusia 79 tahun tampak menawarkan jabat tangan tanpa ada seorang pun di sana untuk menerimanya. Putin, di sisi lain, berbicara tentang senjata nuklir sepanjang waktu, kata Trump.
Trump mengklaim tidak ada yang pernah berbicara tentang senjata nuklir sebelumnya.
“Anda tidak berbicara tentang senjata nuklir, Anda hanya tidak membicarakannya, itu terlalu menghancurkan,” kata Trump.
Juga menunjukkan bahwa pemerintahannya benar-benar membangun kembali persenjataan nuklirnya karena “orang lain” melakukan hal yang sama. “Putin hanya membicarakannya sekarang karena dia tidak menghormati kepemimpinan AS,” ujar Trump.
Serangan Rusia ke Ukraina terjadi karena kelemahan dan ketidakmampuan AS di bawah Biden, yang katanya ditunjukkan oleh penarikan tergesa-gesa dari Afghanistan tahun lalu.
Pekan lalu, Putin memperingatkan pasukan luar agar tidak ikut campur dalam konflik Ukraina, menjanjikan respons “secepat kilat” terhadap tindakan semacam itu dengan menggunakan persenjataan paling canggih Moskow.
Dia menambahkan bahwa pihak berwenang Rusia telah membuat semua keputusan yang diperlukan untuk mempersiapkan respons seperti itu.
Sementara itu, dalam wawancara baru-baru ini, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan bahwa ketika Trump masih menjadi presiden, Moskow mencoba membujuknya untuk berkomitmen kembali pada pernyataan 1987 oleh para pemimpin AS dan Soviet bahwa tidak ada pemenang dalam perang nuklir, dan perang seharusnya tidak pernah terjadi.
Sementara pemerintahan Trump menolak untuk melakukannya, Joe Biden dengan cepat setuju dengan Moskow, kata Lavrov. Namun, tambahnya, dalam beberapa bulan terakhir situasinya telah memburuk ke titik di mana ada ancaman perang nuklir yang nyata dan serius.
Pada akhir Februari, beberapa hari setelah meluncurkan serangan militer ke Ukraina, presiden Rusia memerintahkan pasukan nuklir negara itu untuk berada dalam siaga tempur tinggi, mengutip “sanksi tidak sah” terhadap Rusia dan “pernyataan agresif” oleh pejabat Barat. (*)