Sepenggal Cerita Nur Atiah dan Siyatmi Bertahan Hidup di Bawah Garis Kemiskinan

Nur Atiah
calon Wali Kota Bogor 2024-2029, Rena Da Frina. Foto : Ist.

TIMETODAY.ID –  Sorot mata Nur Atiah, seorang ibu berusia 49 tahun, memancarkan kelelahan namun juga kebanggaan saat melihat anaknya menulis di sudut rumahnya di Kampung Margajaya, Kertamaya, Bogor Selatan.

Dengan penghasilan yang tidak menentu, kehidupan Nur Atiah dan keluarganya memang jauh dari kata sejahtera, namun setidaknya anaknya masih bisa melanjutkan sekolah hingga jenjang SMP.

“Alhamdulillah, dia masih bisa sekolah masuk SMP, walaupun orang tuanya cuma kerja serabutan harian. Dulu waktu tebus ijazah SD saja harus utang sana-sini,” ucap Nur Atiah dengan senyum getir.

Advertisement

Bagi Nur Atiah, janji-janji yang dilontarkan oleh pemerintah Kota Bogor untuk mengentaskan kemiskinan seakan hanya angin lalu.

Hingga kini, kehidupan mereka tetap sulit. Penghasilan yang pas-pasan hanya cukup untuk makan dan biaya sekolah anak-anaknya.

“Kami sekeluarga tetap hidup pas-pasan, yang penting masih bisa makan dan anak-anak sekolah. Janji untuk menghilangkan kemiskinan tidak terwujud,” tambahnya, suaranya sarat dengan kekecewaan yang mendalam.

Cerita serupa juga datang dari Siyatmi, seorang janda paruh baya yang berusia hampir 60 tahun. Tinggal di Ciparigi, Bogor Utara, Siyatmi sehari-hari bekerja sebagai guru mengaji.

Baca Juga :  Peduli Penyandang Thalassaemia, Hipakad Kota Bogor Gelar Donor Darah

Harapan untuk mendapatkan sedikit peningkatan kesejahteraan dari pemerintah sepertinya hanya tinggal angan. Bukan hanya tidak ada peningkatan, beban ekonomi justru semakin berat akibat kenaikan harga kebutuhan sehari-hari.

“Katanya bakal ada kenaikan honor buat guru mengaji, tapi sampai sekarang belum ada buktinya. Jadi saya harus jualan kecil-kecilan di rumah buat nambah penghasilan,” ujar Siyatmi sembari menunjukkan usahanya yang masih sederhana.

Kisah hidup mereka tidak hanya mewakili segelintir orang, melainkan gambaran besar dari ribuan warga Kota Bogor yang terjerat kemiskinan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat tahun 2022, Kota Bogor menempati urutan keempat sebagai kota termiskin di Jawa Barat dengan indeks kemiskinan mencapai 7,10 persen. Angka ini setara dengan 79,2 ribu jiwa yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Kondisi ini semakin parah jika mengacu pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Dinas Sosial Kota Bogor tahun 2023, yang mencatat bahwa 35,63 persen masyarakat Kota Bogor berada di bawah garis kemiskinan.

Baca Juga :  Pemkot Bogor Sabet Anugerah Anindhita Wistara Data Kategori Baik

Harapan muncul dari calon Wali Kota Bogor 2024-2029, Rena Da Frina. Rena berjanji akan meningkatkan kesejahteraan warga dengan fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan menyediakan insentif modal usaha.

“Kita butuh dorongan untuk meningkatkan mutu SDM dan membuka lebih banyak lapangan pekerjaan,” kata Rena. Selain itu, ia berjanji memberikan bantuan kemudahan untuk menebus ijazah sekolah dan menyiapkan beasiswa hingga jenjang S1 hingga S3, agar generasi mendatang punya kesempatan lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

Tak hanya itu, Rena juga berencana mengadakan pelatihan ekonomi kreatif serta memberikan bantuan insentif usaha.

Menurutnya, peluang usaha baru yang tumbuh akan membantu masyarakat keluar dari jerat kemiskinan.

Meski demikian, bagi Nur Atiah dan Siyatmi, janji-janji semacam ini sudah terlalu sering mereka dengar.

Yang mereka butuhkan bukanlah janji, melainkan aksi nyata yang bisa membawa perubahan dalam kehidupan mereka sehari-hari. ***

Follow dan Baca Artikel lainnya di Google News atau via whatsapp timetoday wa channel

=========================================================