Ya Allah, Aku Mencintai Salah Satu Hamba-Mu

Ya Allah, Aku Mencintai Salah Satu Hamba-Mu
Ilustrasi/freepik.com

Oleh : Karina Suwandi

Senja mulai turun ketika Fajar melangkah pelan di antara kerumunan orang di taman kota. Hatinya gelisah, ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya. Ia belum pernah merasakan kegundahan seperti ini sebelumnya.

Fajar adalah seorang pemuda yang sederhana, ramah, dan selalu berusaha menjalankan perintah agama dengan baik. Setiap hari ia bekerja di sebuah toko buku kecil di pinggir kota, membantu pelanggan mencari buku-buku yang mereka inginkan. Pekerjaan itu membuatnya bahagia, karena ia bisa dekat dengan buku-buku yang merupakan sahabat setianya.

Advertisement

Hari itu, ketika Fajar sedang menata buku di rak, pandangannya tertuju pada seorang gadis yang memasuki toko. Ia mengenakan jilbab merah muda dan membawa tas berwarna cokelat muda.

Langkahnya anggun dan senyumannya membuat ruangan terasa lebih terang. Fajar merasakan sesuatu yang aneh di dadanya, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Gadis itu menghampiri meja kasir dan bertanya dengan suara lembut, “Mas, ada buku tafsir Al-Qur’an edisi terbaru?”

Fajar tersentak dari lamunannya. “Ah, iya, ada. Sebentar, saya ambilkan,” jawabnya gugup.

Ia bergegas mengambil buku yang diminta, lalu menyerahkannya kepada gadis itu. Saat tangan mereka bersentuhan, Fajar merasakan getaran aneh yang merambat dari ujung jari hingga ke hatinya. Ia tak bisa mengalihkan pandangannya dari gadis itu.

“Terima kasih, Mas,” ucap gadis itu dengan senyum manis.

“Sama-sama,” jawab Fajar sambil tersenyum canggung. Ia mengamati gadis itu hingga menghilang di balik pintu toko.

Sejak pertemuan itu, Fajar tak bisa mengusir bayangan gadis berjilbab merah muda dari pikirannya. Setiap hari ia berharap gadis itu akan datang lagi ke tokonya. Ia tak tahu siapa namanya, di mana rumahnya, atau apa pekerjaannya. Yang ia tahu hanyalah hatinya bergetar setiap kali mengingat senyuman gadis itu.

Baca Juga :  Geger, Kuyang Teror Rumah Warga di Bogor. Begini Faktanya!

Hari-hari berlalu, namun gadis itu tak pernah datang lagi. Fajar merasa gelisah, ia tak tahu apa yang harus dilakukan. Hingga suatu malam, ia memutuskan untuk berdoa.

“Ya Allah, jika rasa ini adalah cinta, maka dekatkanlah aku dengan dirinya. Jika dia adalah jodohku, mudahkanlah jalan kami untuk bersama. Namun jika bukan, hilangkanlah rasa ini dari hatiku dan gantilah dengan yang lebih baik,” doa Fajar dengan khusyuk.

Fajar merasa sedikit lega setelah berdoa, namun rasa rindu itu masih ada. Ia berusaha untuk menjalani hari-harinya seperti biasa, meski hatinya terus berharap.

Beberapa minggu kemudian, ketika Fajar sedang menata buku-buku baru, ia mendengar suara lembut yang sangat ia kenal.

“Mas, ada buku tafsir Al-Qur’an edisi terbaru?”

Fajar mendongak dan melihat gadis berjilbab merah muda itu berdiri di depan meja kasir. Senyumnya masih seindah yang ia ingat.

“Ah, iya, ada. Sebentar, saya ambilkan,” jawab Fajar dengan senyum bahagia.

Saat menyerahkan buku itu, Fajar memberanikan diri untuk bertanya, “Boleh tahu namanya siapa?”

Gadis itu tersenyum, “Namaku Aisyah. Mas sendiri?”

“Fajar,” jawabnya dengan hati berdebar.

Percakapan itu membuka jalan bagi pertemuan-pertemuan selanjutnya. Mereka mulai sering bertemu, berbagi cerita dan tawa. Fajar merasa semakin dekat dengan Aisyah, dan rasa cintanya semakin kuat.

Baca Juga :  Ramai Video yang Menampilkan Peringatan Darurat, Berikut Fakta dan Asal-Usulnya

Suatu malam, setelah shalat Isya, Fajar berdoa lagi, “Ya Allah, aku mencintai salah satu hamba-Mu. Jika dia adalah jodohku, pertemukanlah kami dalam ikatan yang suci. Jika bukan, berikanlah kekuatan untukku melepaskannya dengan ikhlas.”

Doa itu diucapkan dengan penuh harap dan keyakinan. Fajar percaya bahwa Allah akan memberikan yang terbaik untuknya.

Tak lama kemudian, Aisyah dan Fajar semakin dekat. Mereka merasa ada ikatan yang kuat di antara mereka. Hingga pada suatu hari, Fajar memberanikan diri untuk melamar Aisyah.

“Bismillah, Aisyah, maukah kamu menjadi pendamping hidupku, bersama-sama menjalani kehidupan ini dalam ridha Allah?” tanya Fajar dengan tulus.

Aisyah tersenyum dan menjawab, “Dengan ridha Allah, aku bersedia, Fajar.”

Hari itu menjadi hari yang paling membahagiakan bagi Fajar. Doanya telah dijawab. Ia dan Aisyah resmi menjadi pasangan yang sah di hadapan Allah dan manusia. Mereka berjanji untuk selalu saling mendukung, mencintai, dan menjalani hidup dengan penuh ketaatan kepada Allah.

Dalam hati, Fajar berbisik, “Ya Allah, terima kasih telah mempertemukanku dengan salah satu hamba-Mu yang luar biasa. Aku mencintainya karena-Mu, dan aku akan selalu berusaha menjaga cinta ini dalam ridha-Mu.” ***

Cerita ini hanya fiktif belaka. jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata.

Follow dan Baca Artikel lainnya di Google News atau via whatsapp timetoday wa channel

=========================================================