Oleh : Heru B Setyawan (Pemerhati & Aktivis Pendidikan)
SEJARAH qurban diawali dengan Nabi Ibrahim AS bermimpi menyembelih putra kesayangannya Ismail. Maka beliau berdoa dan minta petunjuk kepada Allah SWT, tapi hasilnya malah beliau bermimpi yamg sama sampai tiga kali.
Maka Nabi Ibrahim menemui putranya dan menjelaskan tentang mimpinya. Dan masyaAllah jawaban Ismail yang ada di Al Quran, ketika memberi izin sang ayah menyembelih dirinya sesuai perintah Allah SWT.
Terjemahan Al Qur’an Surat As-Shaffat ayat 101-103 adalah “Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, ‘Wahai anakku! Sungguh aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu.
Pikirkanlah bagaimana pendapatmu!’. “Dia (Ismail) menjawab, ‘Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu, insya Allah Engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar”.
Nabi Ibrahim semakin sedih mendengar jawaban dari putra kesayangannya tersebut. Karena keduanya orang yang soleh dan taat kepada Allah.
Maka keduanya sepakat melakukan penyembelihan, Nabi Ibrahim membawa Ismail ke Mina dan membaringkannya di atas pelipisnya.
Kemudian Ismail berpesan kepada bapaknya, yaitu “Wahai ayahku! Kencangkanlah ikatanku agar aku tidak lagi bergerak, singsingkanlah bajumu agar darahku tidak mengotori.
Dan jika nanti ibu melihat bercak darah itu niscaya ia akan bersedih, percepatkah gerakan pisau itu dari leherku, agar terasa lebih ringan bagiku karena sungguh kematian itu sangat dahsyat.
Apabila Engkau telah kembali maka sampaikanlah salam kasihku kepadanya.” (Syekh Muhammad Sayyi Ath-Thanthawi, Tafsir Al-Wasith, Beirut, Darul Fikr: 2005 M halaman 3582).
Singkat cerita Nabi Ibrahim dengan ikhlas, pisau paling tajam yang digunakan itu tidak mempan untuk menyembelih leher Ismail.
Dalam keadaan itu, Allah memberinya pertolongan sebagaimana bukti keajaiban itu ada dalam surat Al Quran Surat As-Shaffat ayat 104-108 yaitu,”Lalu Kami panggil dia, ‘Wahai Ibrahim! Sungguh, Engkau telah membenarkan mimpi itu.’
Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sungguh ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian.
Itulah pendidikan yang bisa kita ambil dari ketaatan Nabi Ibrahim, semoga kita bisa mencontohnya dalam kehidupan sehari-hari.
Apalagi di akhir jaman ini ketaatan masyarakat kepada Allah semakin menurun, terbukti masih banyak terjadi kemaksiatan, korupsi, pembunuhan, penipuan, perkosaan dan kejahatan yang lainnya.
Selamat Hari Raya Idul Adha semoga kita bisa berqurban yang terbaik tahun ini. Jayalah Indonesiaku. ***
Follow dan Baca Artikel lainnya di Google News atau via whatsapp timetoday wa channel