TIMETODAY.ID – Lapangan kerja selalu menjadi isu sentral setiap Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Di tengah euforia politik, janji menciptakan peluang kerja kerap menjadi senjata utama para kandidat untuk menarik simpati masyarakat.
Begitu pula yang terjadi di Kota Bogor, di mana lima pasangan calon (paslon) Wali Kota tengah berlomba menawarkan solusi atas persoalan pengangguran yang terus membayangi.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bogor tahun 2023, tingkat pengangguran terbuka di kota yang dijuluki ‘Kota Hujan’ ini mencapai 10,78 persen tertinggi di Jawa Barat.
Angka ini menjadi pengingat bahwa menciptakan lapangan kerja bukan sekadar janji, tetapi kebutuhan mendesak bagi masyarakat.
Namun, masyarakat Kota Bogor mungkin masih ingat janji lima tahun lalu, realisasi menciptakan 20 ribu lapangan kerja melalui kolaborasi pengusaha, UMKM, dan profesional. Sayangnya, janji tersebut belum sepenuhnya terwujud.
Kekecewaan ini tak ayal membuat warga semakin kritis dalam menyikapi janji-janji yang dilontarkan para paslon di Pilkada kali ini.
Dari lima paslon yang berkontestasi, pasangan Rena Da Frina dan Achmad Teddy Risandi mencuri perhatian dengan keberanian mereka menjanjikan 44 ribu lapangan kerja.
Angka ini jelas lebih tinggi dibandingkan dengan tawaran kandidat lainnya. Janji ini bukan hanya menarik, tetapi juga menjadi bahan diskusi di berbagai lapisan masyarakat, termasuk generasi muda.
Nurlaela Saadah, seorang mahasiswa Gen Z asal Kota Bogor, menyambut optimis janji tersebut. Menurutnya, angka 44 ribu adalah harapan besar bagi lulusan baru seperti dirinya yang minim pengalaman.
“Mencari pekerjaan itu tidak mudah, apalagi bagi kami yang baru lulus. Kota Bogor dengan mayoritas penduduk generasi muda tentu sangat membutuhkan peluang kerja yang nyata,” ujar Nurlaela.
Sementara itu, Ansori Baharudin Syah, pengamat kebijakan dari Universitas Nasional, menekankan pentingnya transparansi dalam janji-janji semacam ini.
“Setiap calon kepala daerah harus tegas dan realistis mengenai berapa banyak lapangan kerja yang dapat mereka sediakan selama masa jabatan. Dengan begitu, masyarakat dapat menilai kemampuan calon tersebut sekaligus memahami peluang masa depannya,” kata Ansori.
Di tengah hiruk-pikuk kampanye, masyarakat Kota Bogor berharap janji menciptakan lapangan kerja tidak hanya menjadi alat meraih suara, tetapi benar-benar diwujudkan. Karena di balik statistik dan angka, ada ratusan ribu harapan yang menunggu jawaban. Pilkada ini bukan sekadar memilih pemimpin, melainkan menentukan masa depan kota dan warganya. ***
Follow dan Baca Artikel lainnya di Google News atau via whatsapp timetoday wa channel