TIMETODAY.ID – Sebuah peristiwa tragis mengguncang Brasil pada Jumat, 9 Agustus 2024 lalu. Pesawat turboprop ATR-72 milik maskapai Voepass terjatuh dari ketinggian 5.000 meter dalam waktu satu menit, menewaskan seluruh penumpangnya. Kejadian tersebut menyisakan pertanyaan besar: Apa yang sebenarnya terjadi?
Pesawat ini sedang dalam penerbangan rutin dari Cascavel, di negara bagian Parana, menuju Sao Paulo. Penerbangan berlangsung normal hingga pukul 13.21, saat pesawat mendadak berhenti merespons panggilan.
Hanya satu menit kemudian, radar kehilangan jejak pesawat pada pukul 13.22. Dalam hitungan menit, tepatnya sekitar pukul 13.30, pesawat tersebut terdeteksi jatuh di Vinhedo, sekitar 80 km barat laut Sao Paulo.
Para ahli segera bergerak cepat. Kepala pusat investigasi kecelakaan penerbangan Brasil, Cenipa, memastikan bahwa kotak hitam pesawat yang berisi rekaman suara dan data penerbangan telah ditemukan. Laporan awal diharapkan akan keluar dalam 30 hari ke depan, memberikan sedikit cahaya atas misteri ini.
Walaupun penyelidikan resmi masih berlangsung, sejumlah pakar mulai mengemukakan teori tentang apa yang mungkin menyebabkan jatuhnya pesawat tersebut. Salah satu fokus utama adalah faktor cuaca.
Rekaman video menunjukkan bahwa langit tampak cerah saat pesawat mulai berputar-putar sebelum terjatuh. Hal ini memicu spekulasi bahwa es mungkin terbentuk di pesawat.
Anthony Brickhouse, seorang pakar keselamatan penerbangan dari AS, menyatakan bahwa para penyelidik akan memeriksa berbagai faktor seperti cuaca, mesin, dan kontrol pesawat untuk mencari tahu penyebab hilangnya kendali tersebut.
Voepass, maskapai yang mengoperasikan pesawat, juga mengakui kemungkinan adanya pembentukan es di ketinggian pesawat terbang, meski seharusnya berada dalam tingkat yang dapat diterima.
Kasus ini mengingatkan kembali pada insiden yang pernah terjadi sebelumnya dengan pesawat ATR-72. Pada tahun 1994, sebuah kecelakaan serupa terjadi di Indiana, AS, ketika lapisan es yang menumpuk di pesawat menyebabkan kegagalan kontrol, menewaskan 68 orang.
Setelah insiden tersebut, produsen pesawat ATR memperbaiki sistem antibeku mereka. Namun, pada tahun 2016, sebuah pesawat ATR-72 di Norwegia juga mengalami masalah serupa, meskipun pilot berhasil mendapatkan kembali kendali.
Selain faktor cuaca, ada juga kemungkinan bahwa kegagalan mesin menjadi penyebab jatuhnya pesawat ini.
John Hansman, profesor di departemen aeronautika dan antariksa di MIT, menyatakan bahwa kecelakaan tersebut mungkin disebabkan oleh kegagalan mesin di satu sisi, yang kemudian salah dikelola oleh kru, menyebabkan pesawat berputar ke bawah dengan cepat.
Pada akhirnya, kecelakaan pesawat biasanya disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor.
“Dalam banyak kasus, ada lebih dari satu penyebab,” kata Robert A. Clifford, seorang pengacara yang mewakili beberapa keluarga korban kecelakaan tahun 1994.
Dengan semua spekulasi yang muncul, harapan kini tertuju pada hasil penyelidikan yang sedang berlangsung. Para ahli dan masyarakat luas berharap mendapatkan jawaban yang pasti agar kejadian tragis ini dapat memberikan pelajaran berharga di masa mendatang.
Hingga saat itu tiba, misteri jatuhnya pesawat Voepass di Sao Paulo masih menjadi teka-teki yang belum terpecahkan. ***
Follow dan Baca Artikel lainnya di Google News