Oleh : B. Supriyadi
(Chief Editor timetoday.id)
Kasus mutilasi yang semakin marak di Indonesia menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Mutilasi, yang sering kali melibatkan kekerasan ekstrim dan tindakan brutal, tidak hanya mengerikan tetapi juga mencerminkan berbagai masalah mendasar dalam masyarakat kita.
Terbaru, warga Bantar Limus, Desa Sancang, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat digegerkan dengan penemuan sejumlah bagian tubuh manusia yang diduga korban mutilasi. Insiden itu terjadi sekitar pukul 12.30 WIB, Minggu (30/6/2024).
Potongan tubuh korban, termasuk kaki dan tangan, ditemukan dalam dua karung di pinggir jalan, sementara bagian tubuh lainnya dan kepala dibuang di parit di tepi jalan raya.
Tak berselang lama, polisi berhasil menangkap terduga pelaku berinisial E. Pelaku segera diperiksa untuk mengungkap motif pembunuhan itu.
Motif pembunuhan sadis ini masih dalam penyelidikan polisi. Mereka juga masih memeriksa sejumlah saksi dan mengumpulkan keterangan dari keluarga terduga pelaku.
Lantas apa yang menjadi alasan mengapa kasus mutilasi semakin banyak terjadi di Indonesia?
Merangkum beberapa sumber, berikut mengapa kasus mutilasi semakin banyak terjadi di Indonesia. Pertama tekanan sosial dan ekonomi salah satu faktor.nya. Tekanan ekonomi dapat memicu stres berlebih, yang kadang-kadang berujung pada tindakan kekerasan.
Seseorang akan merasa terpojok dan tidak memiliki jalan keluar mungkin melakukan tindakan yang kejam, seperti mutilasi, sebagai bentuk pelampiasan frustrasi atau untuk mendapatkan keuntungan ekonomi.
Selain itu, media sosial juga memengaruhi meningkatnya kasus tersebut. Sebab, media sosial memiliki peran yang signifikan dalam menyebarkan berita dan informasi. Namun, penyebaran konten yang tidak terkontrol, termasuk kekerasan, dapat mempengaruhi perilaku masyarakat.
Beberapa pelaku kekerasan mungkin terdorong untuk meniru tindakan sadis yang mereka lihat di media sosial atau platform lainnya. Ini menciptakan siklus kekerasan yang sulit dihentikan.
Kurangnya pendidikan moral dan etika juga menjadi salah satu pemicu. Pendidikan moral dan etika sangat penting dalam membentuk karakter seseorang.
Namun, dalam beberapa dekade terakhir, terjadi penurunan signifikan dalam penekanan pendidikan moral di sekolah-sekolah.
Hal ini mengakibatkan generasi muda yang kurang memahami pentingnya nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan penghormatan terhadap kehidupan manusia.
Penyalahgunaan narkoba dan alkohol sering kali menjadi faktor pendorong di balik tindakan kriminal. Banyak kasus mutilasi yang terjadi di bawah pengaruh zat-zat terlarang ini.
Penggunaan narkoba dan alkohol dapat menghilangkan kendali diri dan mengurangi empati, sehingga pelaku tidak merasa bersalah saat melakukan tindakan kekerasan.
Tak hanya alkohol, sistem hukum yang tidak tegas dan lambat dalam menindak pelaku kekerasan juga menjadi salah satu penyebab meningkatnya kasus mutilasi.
Ketika pelaku kekerasan tidak mendapatkan hukuman yang setimpal, hal ini menciptakan rasa ketidakadilan di masyarakat dan mendorong seseorang untuk melakukan tindakan serupa.
Terakhir adalah faktor psikologis, banyak pelaku mutilasi memiliki masalah psikologis yang tidak ditangani dengan baik.
Gangguan mental seperti skizofrenia, psikopat, atau gangguan kepribadian lainnya dapat membuat seseorang lebih rentan melakukan tindakan kekerasan.
Sayangnya, layanan kesehatan mental di Indonesia masih terbatas, sehingga banyak seseorang dengan gangguan mental tidak mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan. ***