TIMETODAY.ID – Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bogor bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menggelar kegiatan Workshop Pembuatan Produk Berbahan Dasar Sawit, Kamis (28/3/2024).
Digelarnya workshop tersebut adalah untuk meningkatkan kemandirian finansial para perempuan dalam rangka pengarusutamaan gender yang jadi salah satu sasaran rencana pembangunan yang terdapat dalam RPJM 2005-2025 adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia termasuk peran perempuan dalam pembangunan.
Menurut Ketua STP Bogor, Seruni Dinitri pengarusutamaan gender merupakan strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi salah satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan, serta program pembangunan nasional.
Selain itu, ada program dunia yaitu SDGs juga mendukung untuk memenuhi hakhak perempuan, mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender serta memperkuat pengarusutamaan gender dalam Pembangunan.
“Kami selaku kampus pariwisata akan melakukan inovasi produk-produk berbahan dasar sawit baik itu untuk makanan, pastry maupun minuman. Tema hari ini produknya sendiri ada yang produk makanan,” kata Seruni kepada wartawan.
Berdasarkan data BPS tahun 2023, kata dia jumlah perempuan di Indonesia pada tahun 2023 adalah 49,92 persen dan laki laki 50,08 persen dari total penduduk Indonesia sebanyak 280,73 juta jiwa (Kementerian Dalam Negeri, Desember 2023).
Jika melihat struktur perempuan dan laki laki antara perkotaan dan pedesaan, diperkotaan memiliki proporsi Perempuan lebih banyak dibandingkan dipedesaan namun tidak dengan pedesaan.
Gender dapat diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, persifatan, kedudukan, tanggung jawab dan hak perilaku perempuan dan laki-laki yang dibentuk, dibuat, dan disosialisasikan oleh norma, adat kebiasaan, dan kepercayaan masyarakat setempat (Puspitawati, 2010).
Namun, masih banyak hambatan dalam pendekatan kesetaraan gender yang terjadi saat ini di masyarakat Indonesia.
“Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman, perlindungan hukum yang masih kurang dan diskriminatif, serta dan adanya budaya (adat istiadat) yang bias akan gender,” tuturnya.
Gender perempuan dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat, dapat berfungsi untuk menjamin ketahanan pangan keluarga, aktif di ranah sosial, dan membantu perekonomian rumah tangga.
Perempuan dapat menjadi pengelola finansial keluarga, menjadi pengambil keputusan dalam pemilihan produk yang dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari untuk tujuan pangan maupun non pangan.
Sehingga upaya pemberdayaan perempuan diperlukan agar perempuan memiliki kemampuan untuk memperoleh akses dan kontrol terhadap sumber daya, ekonomi, politik, sosial, budaya, sehingga perempuan menjadi percaya diri untuk mampu berperan dan berpartisipasi aktif dalam membangun kemampuan, mampu menggali dan memanfaatkan potensi-potensi yang ada di daerahnya, dan mandiri secara finansial.
“Dalam mencapai kemandirian finansial banyak perempuan perempuan yang telah melakukan bisnis atau usaha mandiri. Salah satu bisnis yang dapat dilakukan oleh perempuan adalah bisnis kuliner,” terangnya.
Hal ini karena bisnis kuliner mudah dan merupakan biasanya sekaligus menyalurkan hobi. Menurut BPS (2022) menyatakan bahwa terdapat sebanyak 11.223 usaha kuliner yang tersebar di seluruh Indonesia pada tahun 2020, dengan rincian restoran atau rumah makan 71,65% (sebanyak 8.042 usaha), catering 2,40% (269 usaha), dan sisanya kategori lain 25,95% (2.912 usaha).
Sepuluh provinsi dengan jumlah usaha kuliner terbanyak di Indonesia yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Riau, Jawa Tengah, Sumatra Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan, dan DI Yogyakarta.
Oleopangan sebagai salah satu produk hilirisasi CPO berupa produk olahan pangan yang banyak digunakan pada bisnis kuliner. Berdasarkan data Ditjenbun (2022), luas areal kelapa sawit pada tahun 2022 mencapai 15,38 juta Ha dengan total produksi CPO Indonesia mencapai 48,24 juta ton.
“Produk-produk oleofood sawit di antaranya minyak goreng, margarin, shortening, non dairy creamer, frying fat, vanaspati, cocoa butter substitute (CBS), salad oil, vegetable ghee, dan lain sebagainya,” beber Seruni.
Produk CBS umumnya dimanfaatkan pada produk pastry, bakery dan cake, produk creamer dapat dimanfaatkan pada minuman seperti kopi, teh, dan minuman tradisional seperti bajigur, cendol, bandrek, produk gulai, soto, dan lainnya, produk frying fat dan shortening umumnya digunakan pada pengolahan steak, frozen food dan sebagainya.
Pemanfaatan produk-produk oleofood ini menjadi aneka produk olahan pangan dan minuman dan dengan cita rasa tinggi dapat meningkatkan pemanfaatan produk turunan sawit untuk pasar domestik.
Seruni berharap, melalui pelaksanaan workshop ini, perempuan diharapkan mampu menambah pengetahuan dan mampu memproduksi produk-produk oleofood berbahan sawit dan memasarkannya di lingkungan sekitar. Sehingga ke depannya perempuan menjadi mandiri dan merdeka dari kemiskinan, keterbelakangan, kesenjangan dan ketidakberdayaan.
“Kegiatan ini juga sekaligus membantu mempromosikan kebaikan kebaikan yang ada di sawit sehingga pengetahuan Masyarakat terhadap kebaikan sawit semakin meningkat dan tersebar luas sesuai dengan slogan Sawit Baik (Bersih, Akuntabel, Integritas dan Kesempurnaan. Sponsor utama kegiatan workshop ini adalah BPDPKS,” ujarnya.
Menyatakan bahwa ini merupakan salah satu bentuk dalam mendukung program pemerintah mengenai hilirisasi bahan baku yang kemudian dapat menjadi nilai jual yang tinggi.
Meskipun sawit dikenal sebagai bahan bakar, namun sawit juga tidak kalah sehat jika mengkonsumsinya. Bahkan sudah diterbitkan buku mengenai mitos dan fakta mengenai olahan turunan sawit. Serta olahan ini tidak akan merubah rasa. ***
Follow dan Baca Artikel lainnya di Google News atau via whatsapp timetoday wa channel